Dalam
menjalankan usaha ternak ayam petelur sangat penting mengetahui keberhasilan
usahanya. Mengevaluasi usaha ayam
petelur tidak semudah menghitung performans usaha ayam broiler. Dalam usaha peternakan ada tiga factor yang
mempengaruhi keberhasilan usaha ternak yaitu breeding feeding dan manajemen,
namun parameter yang akan kita gunakan untuk mengevaluasi usaha ternak ayam
petelur dibagi menjadi 2 aspek yaitu pencapaian produksi (teknis pemeliharaan)
dan keuntungan financial. Kali ini akan kita bahas mengenai pencapaian produksi
yang akan kita bagi menjadi dua yaitu pra produksi dan produksi.
1.
Evaluasi pra produksi
Produksi telur layer sangat
tergantung pada kualitas pullet yang akan dipelihara. Secara ringkas, pullet adalah ayam yang dipelihara di umur
0-16 minggu. Pendapat lain menyatakan bahwapullet adalah ayam masa DOC hingga masa
bertelur di bawah 5%. Berdasarkan kebutuhan nutrisi, pullet terbagi dua yaitu starter (0-5 minggu) dan grower (6-16 minggu).Program pembentukan pullet yang OK harus dimulai sejak DOC hingga
menjelang awal produksi. Program tersebut harus mencakup berbagai kegiatan yang
berjalan terus-menerus dan berkelanjutan. Untuk menyusun program tersebut,
peternak sebaiknya mengetahui bagaimana ciri-ciri pullet berkualitas dan membentuk pullet tersebut.
Cirri-ciri
pullet yang baik yaitu :
1. Memiliki ciri fisik ayam petelur yang
baik
2. Berat badan sesuai dengan standart
dari breeder
3. Kerangka tubuh (frame size) optimal
kurang dari 12 minggu
4. Keseragaman lebih dari 85% (baik
bobot badan, frame size dan kematangan seksual)
5. Mortalitas rendah (2-3%)
Factor yang mempengaruhi keseragaman
antara lain
1. Konsumsi pakan
2. Kepadatan ayam
3. Jumlah tempat pakan dan tempat minum
4. Pencahayaan
Agar keseragaman bobot badan dapat
tercapai maka peternak harus rajin melakukan control bobot badan ayam. Untuk menghitung
keseragaman bobot dapat dilakukan dengan menimbang sampelnya saja secara random
atau acak. Berikut adalah contoh perhitungan untuk mengetahui keseragaman bobot
badan ayam :
Data penimbangan bobot badan secara
acak sebanyak 20 ekor dalam gram sebagai berikut :
75, 65, 76,63, 75, 70, 72, 74, 60, 74,
75, 79, 80,
70, 74, 65, 71,75,77,70 dengan total rata-rata bobot badan 72 gram
Keseragaman bobot badan (uniformity)
adalah….
Hitung rentang bobot badan seragam
rata BB ± 10 %
(72 – 0,72) sampai dengan (72+ 0,72)
64,8 – 79,2
Maka bobot badan yang tidak masuk
rentang ada tiga ekor yaitu 60, 63, dan 80 maka yang masuk ada 17 ekor
Maka keseragamannya adalah
17/20 x 100 % = 85%
Disamping keseragaman juga kita harus
memperhatikan record/riwayat kesehatan pullet agar kita mudah mendiagnosa
penyakit apabila ayam kita terserang penyakit.
Karena riwayat kesehatan ini amat penting maka memelihara pullet sendiri
lebih baik dari pada membeli pullet siap produksi, apabila bukan dari
perusahaan pemelihara pullet yang terpercaya.
2.
Performance masa produksi
Parameter keberhasilan pencapaian
produktivitas ayam petelur pada periode produksi atau layer sangat menentukan
keuntungan yang diperoleh. Factor-faktor
yang mempengaruhinya adalah kualitas dan
harga pakan, mortalitas, lama puncak produksi, manajemen pemeliharaan dll. Beberapa rumus untuk menghitung atau alat
mengevaluasi performance ayam petelur adalah sebagai berikut :
1. Mortalitas (tingkat kematian)
Mortalitas ditentukan oleh banyak faktor seperti kesalahan
manajemen pemeliharaan dan infeksi bibit penyakit. Untuk mencegah tingginya
angka mortalitas, maka jalan keluarnya ialah meminimalkan faktor penyebab
mortalitas. Mortalitas akan mempengaruhi nilai penyusutan ayam. Standar
mortalitas layer selama masa grower 2-3%,
sedangkan pada masa produksi 4-7% (Lohman Management Guide, 2007). Rumusnya
adalah jumlah ayam yang mati dibagi populasi dikali 100%.
2. Susut (deplesi) ayam dalam
seminggu :
Jumlah kumulatif ayam yang mati dan “culling” dalam
seminggu dibagi jumlah ayam pada awal minggu dikalikan persen (%). Standar
maksimum 0,20% per minggu;
3. Susut (deplesi) ayam dalam
sebulan :
Jumlah kumulatif ayam mati dan “culling” dalam
sebulan dibagi jumlah ayam pada awal bulan dikalikan persen (%). Standar
maksimum 0,84% per bulan;
4. Susut (deplesi) ayam dalam
seperiode, umur 20 – 80 minggu atau sampai afkir :
Jumlah kumulatif ayam mati (standarnya 1/3 bagian) dan “culling”
(standarnya 2/3 bagian) dalam satu periode dibagi jumlah ayam pada awal periode
(sejak Hen Week 5%) dikalikan persen (%). Standar maksimum
10% per periode;
5. Feed Intake (F.I) atau
jumlah pakan ayam :
Pakan yang diberikan kepada ayam (kg) dibagi jumlah ayam x 1.000
(gram/ekor). Standar strain 111 – 113 gram/ekor/hari;
6. Point Feed (P.I) atau
pakan yang benar-benar dimakan oleh ayam :
Jatah pakan yang diberikan ke ayam dikurangi yang tercecer. Hitungan ini
jarang digunakan karena praktis tidak ada peternak yang menghitung berapa gram
pakan yang tercecer per ekor. Sebetulnya ini hitungan yang riil (gram/ekor).
7. Hen Day % (H.D %) :
Hen day ialah persentase produksi telur yang dihasilkan oleh ayam
produktif per hari. Rata-rata produksi (HD) layer selama hidupnya ialah 80%
dengan HD mencapai puncak produksi pada angka 95% dan persistensi produksi
(lama bertahan dipuncak HD>90%) selama 23-24 minggu (rata-rata strain ayam
petelur)
Contoh : jumlah ayam layer pada pagi hari 1.000 ekor, total produksi
telur dalam satu hari 850 butir, maka HD-nya 840 butir/1.000 ekor x 100% = 84%.
Standar strain 82 – 85%;
8. Hen Week % (H.W %) :
Contoh : produksi telur dalam seminggu, misal 5.775 butir dibagi jumlah
ayam pada awal minggu, misal 998 ekor, berapa pun ayam yang mati, maka HW-nya =
5.775 butir/7 hari/998 ekor = 82,7%. Standar strain 82 – 84%;
9. Egg Weight (E.W) atau
bobot telur per butir (gram) :
Bobot telur (kg) dibagi jumlah telur (butir) x 1.000 = gram/butir telur.
Standarnya minimum 62,5 gram/butir;
10. Egg Mass (E.M) atau
bobot telur (kg) per 1.000 ekor ayam :
Bobot telur (kg) dibagi jumlah ayam x 1.000 ekor (kg/1.000 ekor).
Standarnya 52 – 53 kg/1.000 ekor;
11. Hen House (H.H) Butir
dan Kg :
Adalah total produksi telur sejak H.W 5%. Misal jumlah ayam 1.000 ekor,
pada umur 20 minggu s.d umur 80 minggu, didapat 320.395 butir/1.000 ekor = 320,4
butir/ekor. Standarnya 325 butir/ekor/periode.
Bila berdasarkan bobot, maka jumlah kumulatif bobot telurnya, misalnya
20.934,1 kg/1.000 ekor = 20,9 kg/ekor, berapa pun sisa ayam yang hidup.
Standarnya minimum 20 kg telur/ekor/periode;
12. FCR Total
Konversi ransum dalam farm layer merupakan jumlah
ransum yang dikonsumsi ayam untuk menghasilkan sebutir telur. Ayam yang baik
akan mengkonsumsi sejumlah ransum lebih sedikit dibandingkan telur yang
dihasilkan. Idealnya satu kilogram ransum dapat menghasilkan satu kilogram
telur atau lebih. Namun sampai saat ini, hal itu belum pernah ada. Nilai FCR
untuk layer berkisar 2,1 – 2,3. FCR Ayam petelur dihitung dari
jumlah pakan kumulatif
sejak H.W 5% s.d umur 80 minggu/afkir. Misal habis 44.970 kg, dibagi jumlah
telur kumulatif 20.934,1 kg = 2,15.
Agar evaluasi performance dapat berjalan
dengan baik maka recording mutlak dijalankan.
Dari data recording dapat dibuat kurva perkembangan dari awal sampai
akhir produksi, sehingga dapat menggambarkan perjalanan dari ayam dalam satu
peridode pemeliharaan dan dapat dipakai untuk bahan evaluasi peternak dalam
menjalankan usahanya. demikianlah beberapa aspek yang diperlukan untuk
mengevaluasi performance ayam petelur. Aspek evaluasi financial akan kita bahas
dilain kesempatan…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar